Posted by : memakanmu Sabtu, 13 September 2014

Suara tepuk tangan meriah bergemuruh memenuhi gedung mewah, saat kakakku –kak Meisha- selesai menyanyikan sebuah lagu, suaranya yang begitu indah, dan menggetarkan hati. Lagu yang dibawakannya adalah lagu kesukaan almarhumah sahabatnya –kak Lily- setahuku kak Lily meninggal karena kanker otak. Dia sering sekali bermain ke rumah kami yang letaknya tak begitu jauh dari rumahnya, sekitar 2 blok. Tak jarang kami temui kak Lily yang tiba-tiba pingsan, atau yang tiba-tiba batuk-batuk dan muntah darah. Rambutnya yang panjang, hitam berkilau, lama-kelamaan terus rontok. Di nafas terakhirnya rambutnya hanya tinggal beberapa buah, bisa dihitung jumlahnya. Pada tanggal 5 Januari 2010 dia dipanggil Yang Kuasa untuk bersama, berkumpul di atas sana. Dengan senyuman terindahnya kak Lily pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya dengan tenang.

Ku tatap mata kakakku dalam-dalam, terlihat kesedihan yang begitu mendalam. Ternyata benar, butiran air mata mulai keluar dari mata kakakku, tak harus menunggu lama air mata telah membasahi pipinya yang merah merona, dipeluknya boneka kesayangannya. Ia berlari kecil ke arah kami –aku, mama, papa- sambil menyeka air mata, bibir tipisnya tak bisa berhenti mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan sebuah arti kesedihannya yang begitu mendalam. Mama dan papa memeluknya.
Jujur aku iri pada kakakku, pintar dalam banyak bidang hal, cantik pula, sabar. Tak seperti aku, aku berbeda dengan anak-anak yang lain, mereka bisa bicara sepuasnya, menyanyi-nyanyi, menceritakan hal-hal menarik. Sedangkan aku? Aku hanya bisa diam, tak bisa menyanyi, bercerita, bicara saja tak bisa. Bisu kalau mereka bilang, dunia yang sunyi tanpa suaraku sendiri, impian menjadi penyanyi gagal, betapa pahitnya kenyataan.
Dulu saat umur kakakku menginjak 10 tahun persis, saat itu umurku masih 5 tahun. Aku dan kakek pergi ke toko mainan untuk membeli hadiah untuk kakakku. Sampai di sana aku memilih-milih banyak hadiah, tapi tiba-tiba pandanganku menuju ke arah boneka beruang berwarna putih yang sangat lucu, aku langsung tertarik dan membelinya. Secarik surat untuk kakakku juga aku tempelkan di kaki boneka.
Telah tergenggam di tanganku sebuah bungkusan yang sangat rapi, ku bayangkan kakakku yang gembira mendapat hadiah dariku. Tak sabar untuk cepat-cepat sampai di rumah dan melihat wajah kakakku yang senang mendapat hadiah yang ku berikan. Tapi… mengapa sepertinya perasaanku tak enak, padahal aku merasa hari ini aku sangat bahagia. Keringat bercucuran di dahiku, gemetaran, takut, entah apa yang akan terjadi berikutnya. Kakek yang ternyata memperhatikanku semenjak tadi, bingung, “Kamu kenapa nak? Kenapa gugup?” tanya kakek penuh wibawa, kakekku keturunan bangsawan, karena itu kakek terlihat benar-benar berwibawa, “tak apa kek, cuman perasaanku tak enak, ada apa ya kek?”
“lhoo memang ada apa? Dibuat santai saja ya” kata-kata kakek tak membuatku merasa baikan.
Aku memandangi bungkusan yang sedaritadi ku bawa, aku seperti tak ingin melihat jalan. Aku hanya memandang sambil berharap tak terjadi apa-apa.
Tiba-tiba, tak kusangka, tak kuduga mobil yang kukendarai bersama kakek berjalan tak menentu belok kesana kemari, aku bingung, gugup, aku memejamkan mata sambil berdo’a semoga tak ada apa-apa. Ternyata ada oli yang bocor di jalanan. Kakek tak bisa mengendalikan mobilnya. Mobil berputar-putar tak menentu, kesana kemari, benar-benar liar. Dan tiba-tiba…
Brukk…
Aku tak merasakan apa-apa… kepalaku pusing, kakiku sangattt sakitt…. ku berusaha berteriak tapi sepertinya aku berada di ruang hampa, hanya ada aku, aku saja, sendirian. Tubuhku terangkat kemudian melayang-layang tak tentu arah…
Aku jatuh di hamparan rumput-rumput tinggi, tingginya lebih tinggi dari ubun kepalaku. Dengan perlahan aku menyusuri jalan yang tertutup rumput tinggi. Terlihat sesosok gadis yang sepertinya ku kenal, kak Lily? Aku berteriak memanggilnya, dia menoleh dan hanya tersenyum manis kepadaku, kemudian kembali membuang muka ke lain arah. Aku berlari kecil ke arahnya, tiba-tiba dia hilang. Aku benar-benar takut, dan bingung. Apa ini hanya mimpi?
Sayup-sayup ku mendengar kata ‘bisu’ apa itu bisu? Aku tak mengerti –karena umurku masih 5 tahun, aku belum mengerti- aku ingin bangun dari mimpi kelam ini, dan pergi sejauh-jauhnya. Tapi kantuk berat seperti menempel dan tak mau lepas dari mataku, terus ku melawan, terus… ku berusaha membuka mata. Akhirnya kantuk beratku pergi, rasanya senang dapat mengalahkan rasa kantukku yang berat.
Terlihat 3 orang berpakaian dokter memeriksa mulutku, aku ingin bertanya, loh? Ini kenapa aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, apakah ini yang disebut bisu? Ingin ku berteriak sekeras-kerasnya, ingin ku bernyanyi, tapi sepertinya sia-sia saja…
Seorang dokter melihatku berusaha mengeluarkan kata, menatapku penuh iba, “nak… percuma saja kamu berusaha, kamu tak akan bisa bicara lagi, dan… kakekmu… nyawanya tak bisa di selamatkan lagi”
Aku menangis sejadi-jadinya, siapa yang akan menemaniku disaat aku sendirian? Siapa yang akan membacakanku dongeng? Siapa yang akan membantu mengatasi masalahku? Siapa yang akan menghiburku? Dunia ini sangat sunyi tanpa suaraku sendiri, tak akan pernah terdengar senandung lembut keluar dari bibir ini. Kenyataan ini begitu pahit… pahit sekali… susah untuk diterima. Impianku menjadi penyanyi terkenal hancur begitu saja. Tak akan kudapati lagi di sore hari kakek dan nenek sambil bersenandung duduk bersama menikmati jelang petang. Tak akan kudapati lagi nenek yang sebahagia dulu.
Sampai sekarang kakak selalu membawa boneka itu kemanapun ia pergi. Boneka itu seperti bagian dari hidupnya, selalu di tangan kakakku. Walau dia akan menginjak masa dewasanya boneka itu akan selalu ada di tangannya bagaimanapun juga…
Sekarang kakak sudah memasuki masa dewasanya, kakakku sudah duduk di bangku SMA, SMA impianku, SMA yang sangat aku impi-impikan dari dulu, SMA di singapore, kakak mendapat beasiswa bersekolah di Singapore sampai lulus kuliah. Inginnya ku begitu, tapi apa daya tangan tak sampai.
Di sore hari yang hangat ini, ku buka laptopku, entah kenapa aku sangat bersemangat, ternyata ada e-mail dari kakakku yang isinya:
Dear Angel
Hay angel, bagaimana keadaanmu dan papa mama? Semoga baik yaa… kakak disini juga baik kok, eh kakak punya foto nanti kamu tunjukin ke mama papa yaa…
Makasih angel
Kakakmu tersayang,
Meisha
Aku tersenyum bahagia melihat foto kakakku yang cantik, dengan gaun, tergantung trophy di lehernya, tangan kirinya memegang sertifikat, sebuah piala yang amat besar berdiri tegak di depan kakinya, di tangan kanannya sebuah boneka hadiah ulang tahunnya yang ke 10 ia pegang erat.
Cerpen Karangan: Fatiimah Rizqi Salam. H

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Berani Beda - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -