- Back to Home »
- Cerpen »
- Anggapan Albert
Masa-masa liburan sekolah telah tiba. “Time Is To Bored”, mungkin
ungkapan itu lebih tepat direkatkan ke Albert. Dalam masa liburannya, ia
begitu menginginkan seorang saja cewek yang setia mendampingi masa-masa
liburannya. Itulah secarik doa Albert pada tuhan. Albert memang pecinta
wanita, ia beranggapan bahwa setiap wanita itu baik. Padahal sih tidak
semua. Namun Albert merasa paling benar dengan anggapannya itu.
Seperti liburan yang sudah-sudah dan sampai sekarang masih
dipertahankan, Albert bangun lambat selalu. Kadang jam 10 lah, kadang
jam 9 dan berbagai macam variasi jam lainnya. Akibat kesuntukannya
sebagai seorang pelajar yang ngawur amburadulan ia memutuskan untuk
browsing internet. Dalam benaknya sudah terencana, bahwa pertama kali
situs yang akan dikunjunginya adalah situs Facebook. Situs internet
terkenal sejagat (mungkin). Ia lihat pemberitahuan di Facebooknya, ada
13 yang tertera, ternyata semua itu hanya status dari teman dekat yang
dijadikannya saja nan beronggok. Tak ada like, tak ada undangan ini itu,
tak ada komen ini itu, alangkah miris.
Ia tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa gundah gulana, risau, galau
dan sejenisnya. Merasa bosan di Facebook, lalu Albert mengunjungi situs
lain yang juga tak kalah terkenalnya dengan Facebook, apa sih itu? Tak
lain, tak bukan adalah Youtube.
“Katanya sekarang ini ada video senam yang iya iyalah” gumam Albert. Selidik punya selidik, akhirnya ketemu juga itu video.
“Ya.. terhibur dikit sih, tapi kok orang Jepang mau-maunya ya senam
kayak gitu?, ah sudahlah…. Mendingan saya cobakan untuk melamar anak pak
Lurah dengan gaya senam yang lebih kreatif” ujar Albert sembari raut
wajahnya berseri-seri.
Keesokan harinya ia sadar bahwa ia belum pantas untuk menikah karena
masih berstatus sekolah (tapi BUKAN satu SMA ya.!). Kendati Albert tidak
pendek ide, Albert memang takkan mungkin melamar saat sekarang apalagi
dengan gaya senam, tapi bisa saja memikat hati perempuan sebayanya
dengan senam. “This Brilian” katanya sambil bermuka senyum-senyum.
Jam 13.04 Albert mulai beraksi, dia ajak Sanita untuk main ke
rumahnya. Awalnya Sanita menolak ajakan Albert, namun gara-gara disogok
pake uang ceban (Rp. 10.000) langsung Sanita ngangguk-ngangguk tanpa ada
adegan geleng-geleng. Albert memperlihatkan gaya senamnya yang meniru
sebagian gaya Senam Yang Iya Iyalah dicampur dengan tarian dangdut.
Setelah melihat Albert mempertontonkan gerakan senam campurnya itu,
Sanita berkomentar. “Lebih baik kamu gak usah senam aja deh, jijik tau
gak?!, Cari keahlian lain kek, masak Laki hobinya senam. Issh” tangkas
komen Sanita. Mendengar komentar itu, Albert tersentak, terkejut dan
tersadar. Albert sadar ia hanyalah seorang yang bukan multi talent lagi
bodoh pula di dunia ini. Albert berputus asa dan kecewa, kemudian
mengusir Sanita dengan senyum sembari ramah.
Albert yang dulunya beranggapan bahwa wanita selalu baik, yang dalam
unsur-unsur pikirannya jua terkandung bahwa baiknya wanita itu tidak
berkomentar pedas, tajam. Namun kini sirna terbakar kenyataan yang
membludakkan hatinya sendiri. Sekarang ia beralih anggapan, bahwa setiap
wanita itu jahat. Mengapa Albert bisa sembarangan menuduh kaum wanita
tanpa bukti yang jelas dan luas?. Ya, wajar saja karena dirinya sedari
lahir hidup bersama ayah saja, pergaulannya dengan para wanita kurang,
sehingga lahirlah anggapan-anggapan sesuai fakta sesaatnya.
Suatu ketika, ia ingin menjurusi bidang lain, yang tentunya bukan
senam melainkan bidang tarik suara (atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Nyanyi). Awalnya Albert memang tidak pandai bernyanyi namun dia
bertekad akan selalu berlatih nyanyi guna mendapat bakat tetap untuk
masa sekarang sampai masa depan. Walaupun Albert kurang pergaulan dengan
para wanita, namun Albert masih punya cewek yang mau menjadikan dirinya
sebagai teman dan Albert pun senang akan hal itu. Selain Sanita yang
rela menjadikan Albert teman, ada lagi yang namanya Nika. 2 itu saja kok
teman ceweknya, tak banyak-banyak. Nika adalah tetangga Albert, waktu
kecil mereka sering bertegur sapa tanpa bermain. Albert mengatakan
“Hai”. Nika mengatakan “Hai juga”. Begitu saja sampai kelas 2 SD,
percakapan rutin itu terhenti gara-gara terjadi konflik antar keluarga
Albert dengan Nika. Namun, masa terus berjalan, konflik itu lama
kelamaan padam. Tidak usah disebutkan konfliknya, mungkin pembaca bisa
menelaah apa kira-kira konflik dalam hidup bertetangga yang mereka
alami. Selamat menerka. Oke, lanjut ceritanya.
Albert mengajak Nika untuk ke rumahnya guna mendengar Albert
bernyanyi. Setelah mendengar satu lagu, Nika berkomentar: “Suaramu cukup
bagus, dan bolehlah dikata penyanyi, dan lagi… aku suka kok sama lagu
kamu, makasih ya sudah hibur aku” ujar Nika dengan senang hati.
Kini Albert beranggapan lebih bijak, bahwa tidak semua wanita baik
dan tidak semua wanita buruk. Albert mendapat pelajaran dalam hidupnya
walaupun tidak sebanyak air di laut, walaupun tidak setinggi gunung,
walaupun tidak sekaya harta koruptor.
SEKIAN
Cerpen Karangan: Rio Oktonas